Beranda | Artikel
Hidayah di tangan Allah
Selasa, 24 Maret 2009

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia mengatakan; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada pamannya ketika menjelang ajalnya, “Katakanlah laa ilaaha illallah, yang aku akan bersaksi dengannya untuk membelamu kelak di hari kiamat.” Namun pamannya enggan, kemudian Allah menurunkan ayat (yang artinya), “Sesungguhnya Engkau tidak akan bisa memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau cintai, akan tetapi Allah lah yang akan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. al-Qashash : 56).” (HR. Muslim [25])

Pentingnya iman
Hadits yang mulia ini menunjukkan kepada kita pentingnya iman bagi setiap orang. Orang yang beriman adalah yang meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi dan dia mempersembahkan segala bentuk ibadahnya, shalat, dan sembelihannya hanya untuk Allah saja. Oleh sebab itu setiap kali sholat kita diperintahkan untuk membaca ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ (Hanya kepada-Mu ya Allah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan). Bahkan tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Begitu pula para rasul yang diutus oleh Allah bertugas untuk mengajak manusia agar beribadah kepada Allah dan menjauhi syirik. Karena dosa syirik adalah dosa terbesar dan kemaksiatan paling berbahaya yang akan menyebabkan pelakunya kekal dihukum di neraka dan sia-sia semua amal salihnya.

Syahadat tidak cukup di mulut
Hadits ini juga menunjukkan bahwa orang-orang Arab dahulu mengerti tentang makna dan kandungan syahadat laa ilaaha illallah. Mereka meyakini bahwa orang yang mengucapkan kalimat syahadat ini maka dia harus meninggalkan segala sesembahan selain Allah. Oleh sebab itulah paman Nabi yaitu Abu Thalib menolak mengucapkan kalimat ini. Dia khawatir kalau dia mengucapkan kalimat itu maka orang-orang Quraisy akan menghina dan meninggalkannya. Padahal, dia tahu bahwa apa yang didakwahkan oleh keponakannya adalah kebenaran. Namun karena perasaan ‘tidak enak’ alias pekewuh kepada kaumnya maka dia pun rela meninggalkan kunci surga ini. Marilah kita berdoa kepada Allah agar memberikan keistiqomahan dalam mengucapkan kalimat syahadat ini dan melaksanakan kandungannya yaitu senantiasa beribadah kepada Allah dan menjauhi syirik kepada-Nya. Orang yang mengucapkan syahadat tapi menyembelih kurban untuk selain Allah atau berdoa kepada selain Allah maka syahadatnya batal dan dia dihukumi keluar/murtad dari agama Islam. Kalau dia meninggal maka tidak boleh disholatkan karena dia bukan termasuk kaum muslimin. Dan di akhirat nanti dia akan disiksa di dalam neraka selama-lamanya, na’udzu billahi min dzalik.

Hidayah hanya di tangan Allah
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa petunjuk untuk beramal hanya dikuasai oleh Allah. Manusia hanya bisa memberitahu saja. Adapun menerima atau tidaknya tidak dikuasai oleh manusia. Karena hati manusia berada di antara jari-jari Allah. Allah akan membolak-balikkan hati itu sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Orang yang telah mendapatkan ilmu tentang kebenaran namun dia justru menolak dan berpaling darinya maka Allah akan membiarkan dia larut dalam kesesatannya. Maka dari itu setiap kali sholat kita diajari untuk berdoa ‘Ihdinash shirathal mustaqim’ (Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus). Jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh para Nabi, orang-orang salih, para sahabat dan para ulama. Orang yang telah memeluk agama Islam maka dia telah mendapatkan petunjuk menuju jalan yang lurus, namun hal itu belum cukup. Dia juga harus memiliki petunjuk di atas jalan tersebut yaitu dengan mempelajari berbagai ajaran Islam dan berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkannya dengan ikhlas karena Allah dan dengan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Semoga artikel yang singkat ini bermanfaat dan Allah berkenan menunjuki kita untuk bisa mengamalkan kebenaran. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabat serta seluruh pengikut setia mereka hingga hari kiamat. Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam [Ari Wahyudi].

Yogyakarta, 27 Rabi’ul Awwal 1430 H


Artikel asli: http://abumushlih.com/hidayah-di-tangan-allah.html/